"selamat kamu berhasil"
"saya belum berhasil"
"setidaknya kamu selangkah lebih maju"
"saya malah merasa 10 langkah lebih mundur"
"ayolah, kamu beruntung telah melewatinya"
"saya berharap melewatinya lebih baik"
"tidak apa-apa, toh semua orang juga akan begitu, hanya faktor nervous"
"saya bukan nervous, tapi bodoh"
"tidak, tidak, jangan berpikir seperti itu"
"nyatanya seperti itu"
"jangan terlalu dipikirkan. mungkin kamu terlalu lelah"
"tidak. saya hanya ingin mengulangnya kembali"
"sudahlah. kamu lelah. istirahatlah"
kemudian, wanita itu tersenyum dengan ragu-ragu.
sepertinya dia tak butuh orang lain untuk terus menguatkan, dia hanya butuh dirinya sendiri untuk terus merasa kuat..
ah, terima kasih hati tak lelah terus menguatkan.
"saya belum berhasil"
"setidaknya kamu selangkah lebih maju"
"saya malah merasa 10 langkah lebih mundur"
"ayolah, kamu beruntung telah melewatinya"
"saya berharap melewatinya lebih baik"
"tidak apa-apa, toh semua orang juga akan begitu, hanya faktor nervous"
"saya bukan nervous, tapi bodoh"
"tidak, tidak, jangan berpikir seperti itu"
"nyatanya seperti itu"
"jangan terlalu dipikirkan. mungkin kamu terlalu lelah"
"tidak. saya hanya ingin mengulangnya kembali"
"sudahlah. kamu lelah. istirahatlah"
kemudian, wanita itu tersenyum dengan ragu-ragu.
sepertinya dia tak butuh orang lain untuk terus menguatkan, dia hanya butuh dirinya sendiri untuk terus merasa kuat..
ah, terima kasih hati tak lelah terus menguatkan.
hmm, terkadang kita butuh kalimat penyemangat.
ReplyDeletekalau ini, optimis vs pesimis, atau optimis vs realistis? :|
mungkin keduanya.
Deleteohyaa, terima kasih sudah mampir
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
ReplyDeletewww.fikrimaulanaa.com
terima kasih.
Deletesiip, juga akan berkunjung ;)