Aku harap kau menyimak tulisan ini dengan seksama. Kumohon perhatikan tiap paragraf, kalimat bahkan aksara yang nanti terukir selanjutnya. Dan jangan tanya kenapa.
Aku ingin pergi, sejauh mungkin dimana kau tak dapat lagi untuk ku jangkau. Atau tempat dimana aku tak bisa lagi kau kejar. Aku ingin pergi, lari sejauh jauhnya hingga jarak tak lagi bisa kita definisikan dengan angka. Bahwa semesta pun beranggapan mustahil mempertemukan kita. Aku tau, tidak akan mudah untuk kita satu sama lain. Hanya aku sadar bahwa tidak semua yang kita sukai, cintai, ingini selalu berdampak baik untuk masing-masing dari kita. Aku ingin kau pun menyadarinya.
Kau mungkin tidak tahu, sepertinya sejauh ini kita hanya berpikir bagaimana agar kita bisa selalu dekat, selalu bersama tiada akhir. Bukankah kalimat pun ada spasi dan titiknya? kalimat bukanlah apa-apa jika tak ada ruang kosong diantaranya dan kalimat bukanlah kalimat jika tidak ada akhirnya.
Jadi, anggap saja aku sedang menambahkan spasi dalam tiap aksara yang sedang kita rangkai menjadi kalimat, hingga nanti akan ku bubuhkan titik untuk mengakhirinya. Dan ku harap kita pun mampu menerima jikalau tak ada lagi rangkaian kata setelahnya.
Terang saja, kali ini aku tak ingin bernegosiasi. Walau memang aku takkan pernah melupakan segalanya dengan mudah. Kamu juga, aku tau. Aku hanya mau kita mengakhirinya dengan baik, tanpa perlu meracau bagaimana kita bisa sampai dijenjang ke 18 yang kemudian hanya bisa kutangisi dikemudian hari. Iya, kutangisi sebab tak ada yang lebih merugi dari diri sendiri yang kusadari telah begitu bodoh hingga detik ini.
Asal kau tahu. Aku mengharapkan lebih dari ini sayaang. Lebih dari sekedar kata-kata manismu yang dulu ku percayai. Dengan begitu bodohnya terus menerus kujadikan pendorong untuk melangkah maju mendekati jurang yang terjal. Selangkah lagi, dan aku sadar, kita, aku dan kamu bukan hal yang baik untuk terus diperjuangkan. Karna ternyata aku butuh 'kamu yang lain' untuk menarik menjauh dari terjalnya jurang yang sebelumnya telah kita tapaki. Kau pun demikian. Kuharap kau menemukan 'aku yang lain' untuk bisa mengarahkanmu agar tak jatuh kedalam jurang. Tepatnya aku mengharapkan kebahagiaan kita nanti dalam dimensi masing-masing.
Sungguh, tak perlu ku utarakan sebab dari segalanya, dalam bahasa pun tak dapat ku mengungkapkannya sepertinya tak dapat pula ku menyadurnya dalam bentuk aksara. Aku masih saja lemah. Tapi percayalah aku akan lebih kuat jika tidak bersamamu. Sekarang kau mengerti maksudku bukan? tolong, mengertilah!
Seharusnya aku lebih siap untuk menghadapi hal-hal lama yang kemudian sengaja kau timbulkan kembali. Dan tentu saja, kali ini aku tak butuh lagi jalan keluar.
Aku bersyukur kau terus melakukannya karna dengan begitu aku dapat membencimu dengan mudah.
Perlu waktu satu menit untuk mencintai tapi akan memerlukan waktu seumur hidup untuk melupakan
ReplyDeletesaya setuju :)
Delete