pemandangan yang sama. pohon palsu yang entah apa namanya. kupu-kupu yang melekat di balik gorden. tiga ekor burung yang tak pernah berkicau. sketsa hitam putih wanita berkerudung. serta styrofoam merah dengan foto yang tersusun secara abstrak. dari sekian pemandangan didalam kamar kos berukuran kurang lebih 3x4 itu. hanya ada 1 hal yang menyedot perhatianku. nama disudut styrofoam merah. nama yang disusun secara rapi dengan color thumb tacks. iya. namamu. hanya empat huruf. namun efeknya jauh lebih besar bahkan ketika angka empat itu dikuadratkan.
aku ingat kapan nama itu mulai terpampang disana. kau ingat? tentu setelah aku mengingatkanmu. kau tak biasa mengingat hal-hal kecil tak berguna semacam itu. aku tahu.
pandanganku seakan tak ingin teralihkan dari sudut yang mengukir jelas namamu. ada apa? nama itu seperti magnet yang menarikku. namamu, namamu, namamu, tak henti-hentinya terus kulafalkan hingga kini jadi ritual sebelum mataku terpejam. bahkan menyebutnya cukup membuat air mata tak henti menetes hingga fajar tiba.
aku. masih dengan rasa lelah yang bersarang. masih dengan penyakit lama yang makin hari kian menggerogoti kelenjar dalam rongga perut sebelah kanan. penyakit lama yang sebenarnya belum ku tahu apa namanya. terus mengendap hingga menimbulkan rasa sakit dibagian bawah diafragma. sungguh menyiksa! sayangnya, hal itu masih karna pemilik empat huruf yang terpampang jelas disudut styrofoam itu. iya, kamu dan namamu. yang tak henti mondar-mandir di kepalaku. yang tak pernah kulupa menyebutnya dalam setiap sujud-sujudku. namamu, namamu, namamu, begitu aku selalu menyebutnya.
aku seperti tertawan dalam penjaramu.
tapi aku terus merasa lelah. bolehkah aku berhenti?
Comments
Post a Comment