Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

Hati. selalu lebih paham

perasaan itu lagi. pertanyaan yang sama. masih berputar hebat mengelilingi organ bernama otak.  sudah pukul 01.06 pagi, tapi akal masih tetap di posisi yang sama saat bangun tadi. kau tahu? aku kelelahan.  rasanya seperti mencoba menangkap deru angin tak menyejukkan. semakin kuraih, semakin keras pula ia bergemuruh. seperti mengejar ujung pelangi yang tak berpenghabisan. mengejar hingga warnanya pudar. tentu tak pernah  ku temukan muaranya.  seperti mengukur berapa mL air ketika hujan menyentuh bumi. mustahil. aku baru tersadar saat hujan telah reda. yah, itu aku. aku yang selalu mencoba mengimbangi langkah kakimu, bahkan terkadang mengikuti jejak sepatumu agar tak tersesat, agar kita bisa terus berada dikoridor yang sama, terus berjalan sejajar dan beriringan.  entah. tapi hati selalu punya cara untuk terus melakukannya. kau sadar? tidakkah langkahmu begitu cepat? atau aku terlalu bodoh untuk terus bertahan?  entahlah. hati tahu kapan waktunya berhenti.

Calon Ayahmu

Dear ananda... hari ini bunda ingin memperkenalkan seseorang padamu seseorang yang sangat bunda kagumi dibeberapa pekan terakhir ini seseorang yang sebenarnya sangat ingin bunda kenalkan sebagai calon ayahmu kelak. Ananda… Kau perlu tahu, bunda sangat menyayangimu bahkan melebihi rasa sayang bunda pada diri sendiri. Itulah sebabnya, bunda begitu hati-hati menentukan siapa laki-laki yang pantas untuk mengumandangkan adzan/iqamah pertama kali di telingamu nanti. Demikian bentuk kasih sayang terbesar bunda saat ini. Ananda… Laki-laki yang akan bunda kenalkan ini, tentu telah bunda pertimbangkan bobot, bibit dan bebetnya. Nama akhirnya sama dengan nama bunda, yah pikir bunda mungkin kami berjodoh. Orangnya ganteng, baik, kaya, putih, tinggi, rambutnya cepak, matanya hitam, hidungnya sebelas-dua belas sama lee min hoo, pekerja keras dan perfecktionist . Dia sempurna untuk jadi ayahmu. Tapi ananda… Dari sekian banyak kelebihan yang Tuhan karuniakan padanya, sayangnya a

Terima kasih Kisahmu

Entahlah. seketika kenangan itu kembali terlintas sembari memoar rasa bersalah yang mendalam. ah, lebih tepatnya rasa bersalah akan kemenangan yang rasanya begitu sulit diraih. tentu, tulisanmu pemacunya. atau lebih tepatnya kamu. yah kamu pemacunya.  memaksaku memasuki dimensi yang seharusnya sudah menjadi sejarah, kenangan yang tak sepantasnya kau ingat sejauh ini. iya, INGAT. kutulis sekali lagi INGAT. bahkan untuk mengingatnya tidak pantas lagi kau lakukan. kau tahu, ada banyak hal yang sebenarnya inginku sampaikan padamu. inginku jelaskan panjang lebar. kejelasan tentang kisah yang seharusnya telah jelas dari 1404000 detik yang lalu. akan kujabarkan sepanjang, serinci dan sedetail yang kubisa. itu yang kau mau bukan? jabarkan, jelaskan, uraikan, dan seperangkat kata yang menurutmu membuat otak manusia terlilit kata rumit. oh, akan kulakukan untukmu. AKAN KULAKUKAN!  kau tahu, untuk memulai ini seharusnya kau perlu menguatkan diri terlebih dahulu. hmm, sebaiknya. o

Iklan pertama

apa yang diusahain memang gak pernah sia-sia tapi, ada juga yang udah susah-susah diusahain  dihargainnya cuma-cuma. ini contohnya latar belakang pembuatan video ini tentu saja bukan sukarela. video ini tugas dari salah satu pengajar dikampus gue dengan segala bentuk kesempurnaannya, dia manusia, mungkin dia satu-satunya manusia dimuka bumi yang sempurna (padahal tidak ada manusia yang sempurna). mungkin.  video ini plagiat, tentu saja. dari mana? kalo pernah nonton TV pasti tau :) sebenarnya dalam proses pembuatan iklan ini, ada sedikit rasa senang, setidaknya gue pernah ngerasain apa yang dirasain beberapa wanita cantik dan bertalenta di dunia, yah seperti miss universe (padahalkan memang miss universe). obsesinya sih jadi putri indonesia aja, tapi kalo bisa jadi miss universe? duh, amiin ya alloh :D oh yaa, ini iklan pertama gue loh, semoga saja berikutnya ada tawaran lagi. hohoo yah udahlah yaa, setidaknya gue bersyukur masih bisa nafas sampai semester ini berakhir. 

Surat untukmu lewat Tuhan

Selamat pagi maa... Ini surat pertama yang kutuliskan untukmu. Sebenarnya hal ini sudah sangat lama ingin ku lakukan hanya saja aku tak begitu yakin kau ingin membacanya. Ah, paragraf ini membuatku merasa canggung untuk terus menulis. Sebelumnya aku minta maaf telah mengganggu waktu senggangmu hanya untuk sekedar membaca surat lusuhku. Aku hanya ingin menyapamu, menanyakan kabarmu, bagaimana lingkunganmu, baikkah orang-orang disekitarmu, dan sederet pertanyaan yang biasa ditanyakan teman-temanku pada orang tua perempuan yang biasa mereka sapa Mama itu. Saat ini pasti kau berpikir untuk melipat surat usangku dan melanjutkan perbincangan indahmu dengan Tuhan di hamparan taman Firdaus. Kumohon bacalah walau dengan enggan.  Kabarku baik maa, alhmdulillah. Papa juga, bahkan sekarang papa tambah gemuk. Oh aku lupa, tak perlu mendefinisikannya karna tentunya kau lebih sering memperbincangkannya dengan Tuhan.  Mungkin kau akan bertanya, kenapa di awal surat ini ku pakai salam