Apa perasaanmu masih sama?
pertanyaan itu begitu mengaung hebat di kepala, memberontak dan ingin sekali diutarakan. Tapi entah kenapa seluruh saraf yang menghubungkan tempurung kepala hingga pertanyaan itu berada di ujung lidah tiba-tiba kehilangan fungsi agar bisa dilafalkan dan dilontarkan bibir dengan suara nyaring. Bibir tidak menurut. Bergeming. Beku. Diam tanpa kata.
Kenyataannya hidup memang selalu memiliki persimpangan-persimpangan. Kita tidak pernah tahu arah mana yang tepat sehingga takdir akan selalu memihak dan perjalanan hidup tetap mulus tanpa hambatan. Aku mungkin satu-satunya manusia yang ditakdirkan selalu mendapati persimpangan tersebut dengan memilih persimpangan yang hampir semua buruk. Kadang yang kudapati jurang yg curam, kadang tebing terjal, bahkan terkadang jalan buntu. Ah, pilihan yang sama sialnya. Mungkin aku tidak pernah ditakdirkan untuk memilih sebab semua yang berhubungan dengan perkara memilih, selalu membawaku pada keterpurukan panjang dan kepedihan yang rasanya tiada berujung.
Seperti saat ini, seringkali aku merasa ada begitu banyak hal yang tidak kupahami terus kubiarkan masuk dalam hidupku. Ada hal-hal yang tidak kuinginkan namun dengan begitu saja kubiarkan tumbuh dalam hidupku. Hidup yang kau inginkan adalah hidup yang kau pilih. Aku lupa pernah membacanya dimana, tetapi hidup tidak pernah sesederhana kalimat itu. Aku tidak tahu harus menjelaskan bagaimana sebab aku pun tidak mengerti, meski aku pun tahu tidak ada yang menginginkan penjelasan semacam itu. Selalu saja ada sisi yang lain dalam diriku yang berupaya membenarkan bahwa hal-hal yang sebenarnya tidak kuinginkan tersebut adalah hal-hal yang tanpa kusadari sangat aku harapkan. Entah diriku yang lain itu mendapat kekuatan darimana hingga mampu mengalahkan diriku dan pendirianya -yang mungkin saja lemah- hingga pada akhirnya aku membiarkannya tumbuh subur, berbenih, berakar, berbuah hingga lebat dalam diriku.
Banyak hal yang membuatku kini menyadari, sesuatu yang begitu ingin kau genggam erat barangkali adalah sesuatu yang ingin sekali terlepas dari genggamanmu. Seperti burung yang kau kurung dalam sangkar, kau sungguh senang memilikinya hingga kau lupa bahwa sebenarnya burung yang kurung begitu ingin keluar dari sangkar, terbang bebas, berbaur bersama burung yang lain, bercinta dengan kekasihnya yang begitu Ia impikan sejak kau mengurungnya dalam sangkar, meskipun kau memberi makan dengan pelet paling mahal, memberi berember-ember air, memandikannya setiap hari, membuatnya sangkarnya sedemikian indah, merawatnya penuh kasih pun membanggakannya pada temanmu bahwa burungmulah yang paling cantik sedunia, yang dirasakan sang burung tetaplah sama. Ingin keluar dan terbang sejauh mungkin dari sangkar emasmu. Begitu analoginya. Tetapi, selalu ada tetapi.
Kau bukan burung piaraanku yang kukurung dalam sangkar emas. Dan aku pun bukan tuanmu yang tempo hari membelimu dari pasar karna terpesona dengan bulumu yang cantik. Hubungan kita tidak bisa didefinisikan sesederhana itu. Terlalu banyak hal-hal rumit yang kita dapati untuk menjadikannya gedung 5 tingkat seperti sekarang ini. Hubungan ini tak ubahnya rumus fisika turunan, dan aku yang tanpa tahu penyelesaiannya dan akan berakhir di angka berapa. Aku masih terus mempertahankannya, walau hanya aku. Aku dan pertanyaan itu. Masih terus berputar-putar di tempurung kepalaku, memikirnya, walau tanpa jalan keluar. Tanpa solusi. Tanpa jawaban.
pertanyaan itu begitu mengaung hebat di kepala, memberontak dan ingin sekali diutarakan. Tapi entah kenapa seluruh saraf yang menghubungkan tempurung kepala hingga pertanyaan itu berada di ujung lidah tiba-tiba kehilangan fungsi agar bisa dilafalkan dan dilontarkan bibir dengan suara nyaring. Bibir tidak menurut. Bergeming. Beku. Diam tanpa kata.
Kenyataannya hidup memang selalu memiliki persimpangan-persimpangan. Kita tidak pernah tahu arah mana yang tepat sehingga takdir akan selalu memihak dan perjalanan hidup tetap mulus tanpa hambatan. Aku mungkin satu-satunya manusia yang ditakdirkan selalu mendapati persimpangan tersebut dengan memilih persimpangan yang hampir semua buruk. Kadang yang kudapati jurang yg curam, kadang tebing terjal, bahkan terkadang jalan buntu. Ah, pilihan yang sama sialnya. Mungkin aku tidak pernah ditakdirkan untuk memilih sebab semua yang berhubungan dengan perkara memilih, selalu membawaku pada keterpurukan panjang dan kepedihan yang rasanya tiada berujung.
Seperti saat ini, seringkali aku merasa ada begitu banyak hal yang tidak kupahami terus kubiarkan masuk dalam hidupku. Ada hal-hal yang tidak kuinginkan namun dengan begitu saja kubiarkan tumbuh dalam hidupku. Hidup yang kau inginkan adalah hidup yang kau pilih. Aku lupa pernah membacanya dimana, tetapi hidup tidak pernah sesederhana kalimat itu. Aku tidak tahu harus menjelaskan bagaimana sebab aku pun tidak mengerti, meski aku pun tahu tidak ada yang menginginkan penjelasan semacam itu. Selalu saja ada sisi yang lain dalam diriku yang berupaya membenarkan bahwa hal-hal yang sebenarnya tidak kuinginkan tersebut adalah hal-hal yang tanpa kusadari sangat aku harapkan. Entah diriku yang lain itu mendapat kekuatan darimana hingga mampu mengalahkan diriku dan pendirianya -yang mungkin saja lemah- hingga pada akhirnya aku membiarkannya tumbuh subur, berbenih, berakar, berbuah hingga lebat dalam diriku.
Banyak hal yang membuatku kini menyadari, sesuatu yang begitu ingin kau genggam erat barangkali adalah sesuatu yang ingin sekali terlepas dari genggamanmu. Seperti burung yang kau kurung dalam sangkar, kau sungguh senang memilikinya hingga kau lupa bahwa sebenarnya burung yang kurung begitu ingin keluar dari sangkar, terbang bebas, berbaur bersama burung yang lain, bercinta dengan kekasihnya yang begitu Ia impikan sejak kau mengurungnya dalam sangkar, meskipun kau memberi makan dengan pelet paling mahal, memberi berember-ember air, memandikannya setiap hari, membuatnya sangkarnya sedemikian indah, merawatnya penuh kasih pun membanggakannya pada temanmu bahwa burungmulah yang paling cantik sedunia, yang dirasakan sang burung tetaplah sama. Ingin keluar dan terbang sejauh mungkin dari sangkar emasmu. Begitu analoginya. Tetapi, selalu ada tetapi.
Kau bukan burung piaraanku yang kukurung dalam sangkar emas. Dan aku pun bukan tuanmu yang tempo hari membelimu dari pasar karna terpesona dengan bulumu yang cantik. Hubungan kita tidak bisa didefinisikan sesederhana itu. Terlalu banyak hal-hal rumit yang kita dapati untuk menjadikannya gedung 5 tingkat seperti sekarang ini. Hubungan ini tak ubahnya rumus fisika turunan, dan aku yang tanpa tahu penyelesaiannya dan akan berakhir di angka berapa. Aku masih terus mempertahankannya, walau hanya aku. Aku dan pertanyaan itu. Masih terus berputar-putar di tempurung kepalaku, memikirnya, walau tanpa jalan keluar. Tanpa solusi. Tanpa jawaban.
BROKER TERPERCAYA
ReplyDeleteTRADING ONLINE INDONESIA
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......
Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!